Gunung tertinggi di Indonesia, Puncak Carstensz, atau Puncak Jaya, terletak di Pegunungan Jayawijaya, Papua. Gunung ini mencapai ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut dan merupakan bagian dari Seven Summits Indonesia, atau puncak-puncak gunung tertinggi yang mewakili tujuh pulau besar dan wilayah kepulauan di Indonesia. Puncak Carstensz dikenal karena memiliki hal unik yang membedakannya dari gunung-gunung lain di Indonesia.
Historiografi Puncak Carstensz
Jan Carstensz, seorang penjelajah Belanda, pertama kali menemukan Puncak Carstensz pada tahun 1623. Ia melaporkan puncak bersalju di daerah tropis, tetapi laporan ini sempat dipertanyakan. Setelah Papua bergabung dengan Indonesia pada tahun 1963, puncak ini sempat diberi nama Puncak Soekarno sebelum akhirnya kembali dikenal sebagai Puncak Jaya.
Meskipun demikian, nama Carstensz masih sering digunakan oleh pendaki. Puncak Carstensz disebut dalam bahasa lokal dengan nama Nemangkawi Ninggok, yang berasal dari bahasa suku Amungme yang tinggal di sekitar gunung.
Jauh sebelum bangsa Eropa tiba, nama Menangkawi digunakan, dan Ninggok berarti Puncak Anak Panah Berwarna Putih. Nama ini diberikan karena puncak gunung yang tertutup salju terlihat seperti anak panah berwarna putih dari kejauhan.
Komponen Warisan Dunia
Puncak Carstensz terletak di dalam Taman Nasional Lorentz, yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1999. Didirikan pada tahun 1997, Taman Nasional Lorentz memiliki luas 2.505.600 hektar dan merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara.
Taman Nasional Lorentz diakui oleh World Wide Fund for Nature (WWF) sebagai kawasan konservasi terluas dan terlengkap di Asia Pasifik. Karena struktur batuan kapur yang berbeda, keberadaan pegunungan kars memiliki nilai ilmiah yang tinggi. Puncak Carstensz menjadi tujuan utama bagi pendaki domestik dan asing karena statusnya sebagai Seven Summits Indonesia.
Karakteristik Puncak Carstensz
Sebagai salah satu dari lima pegunungan kars di dunia yang berada di garis khatulistiwa dan memiliki salju abadi di puncaknya, Puncak Carstensz menawarkan pemandangan yang memukau. Gunung Kenya, Gunung Kilimanjaro, Ruwenzori di Afrika, dan Sierra Nevada di Andes adalah tempat lain yang memiliki fenomena serupa dengan Puncak Jaya.
Namun, perubahan iklim menempatkan fenomena alam yang langka ini dalam bahaya. Salju abadi di Puncak Carstensz terus menipis setiap tahun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Antara tahun 2016 dan 2022, laju penipisan es mencapai sekitar 2,5 meter per tahun. Luas tutupan es pada 2022 adalah sekitar 0,23 km2.