Almunawartv - Jakarta : Dwi Retno duduk di sudut Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Pengadegan, sebuah lokasi pengungsian korban banjir di Jakarta Selatan, sambil memeluk anaknya yang difabel. Meskipun wajahnya menunjukkan kelelahan, matanya tetap optimis.
Beberapa hari terakhir, hujan lebat mengguyur Jakarta, meluapnya Kali Ciliwung dan merendam rumah-rumah hingga setinggi lebih dari satu meter. Ia dan ratusan orang lainnya sekarang harus mengungsi ke tempat penampungan sementara.
Ya, sangat menyedihkan melihat anak dalam keadaan seperti ini mengalami hal seperti ini. Dengan cara apa pun, ya. Dwi berkata dengan mata berkaca-kaca, "Mau enggak mau harus dijalanin."
Dwi harus beradaptasi dengan kondisi pengungsian yang serba terbatas dan menghadapi tantangan baru. Saat ini, sulit bagi anak-anaknya untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan. Walaupun dia sangat memperhatikan kesehatan anaknya, situasi telah diperburuk oleh bencana ini.
Puluhan pengungsi lainnya berusaha menyesuaikan diri di dalam GOR. Banyak anak-anak mulai sakit ringan karena suhu yang pengap, kurangnya ventilasi, dan kurangnya fasilitas.
Dwi berusaha membuat anaknya merasa nyaman meskipun situasinya tidak ideal. Untuk menghilangkan rasa jenuh, dia mengajak anak-anaknya bermain di sekitar GOR.
"Nanti sore dia main, aku juga keluar, biar dia enggak jenuh di dalam. Jadi bisa melihat suasana di luar." Dia menyatakan bahwa anak-anak, tidak peduli apakah mereka difabel, tetap membutuhkan hiburan.
Bencana ini semakin parah karena terjadi di bulan Ramadan. Bagi Dwi dan banyak pengungsi lainnya, bulan suci ini seharusnya menjadi waktu untuk ibadah dan ketenangan, bukan hanya tinggal di tempat pengungsian. Namun, ia mencoba melihat tragedi ini dari perspektif positif.
Dwi menyatakan, "Sebenarnya ada sedihnya juga, karena di bulan Ramadan ini, yang pertama tuh benar-benar ada musibah, kebanjiran. Namun, ada keberkahannya juga, jadi ya campur aduk semuanya, tetapi tetap kita bersyukur ya. Di bulan Ramadan ini ada musibah, tetapi tetap harus ada rasa bersyukur."
Genangan masih terjadi di 11 RT di Jakarta Selatan, termasuk di Kelurahan Pengadegan, menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta. Akibat luapan Kali Ciliwung, empat RT di wilayah tersebut masih mengalami banjir. Tidak jelas kapan air akan benar-benar surut dan kapan para pengungsi akan dapat kembali ke rumah masing-masing.
Dwi hanya bisa berharap banjir segera berakhir agar dia dan anaknya dapat kembali hidup seperti biasa.
Dwi berharap semuanya cepat selesai, sehingga mereka dapat menjalankan ibadah puasa di rumah. Dia berharap tidak ada lagi musibah banjir di Jakarta seperti ini.